Acara Sangjit-Lamaran Adat Tionghoa

Written By :

Category :

Lifestyle, Personal, Wedding, Wedding Prep

Posted On :

Share This :


Hi beautiful ladies!


Cuaca masih hujan dan mendung syahdu ya. Walau sering hujan yang hajatan banyak juga ya. Dapat beberapa undangan pernikahan di bulan April ini dan ada satu undangan lamaran. Ngomongin soal lamaran sudah baca cerita lamaran saya kan? (Cerita Lamaran)
Nah awal Februari lalu saya menghadiri acara lamaran teman. Saya mau cerita sedikit mengenai acara lamarannya. Karena teman saya ini Tionghoa jadi lamarannya memakai adat Tionghoa disebut Sangjit.
Hari sebelumnya saya WA untuk nanya saya harus pakai baju apa. Biasanya kan China itu idientik dengan warna merah dan emas. Teman saya bilang biasanya kalau Sangjit tema pakaiannya warna merah, tapi dia bilang “…kalau lw mau pake baju pink juga gapapa kok yu”..hahaha. Tapi saya pengen merah. Akhirnya sampe rumah nyobain dress merah maroon (gapapa yang penting merah), Alhamdulillah masih muat hahaha.

Besoknya dari pagi sudah siap-siap (acaranya jam 10 pagi boo), jadwal mencuci digeser dulu ke siang hari pulang dari acara. Selebihnya pagi-pagi hanya menyiapkan sarapan suami yang mau pergi ngebimbel.
Saya hanya butuh 30 menit saja untuk berdandan kok (boong banget), lalu cuss berangkat. Asal kalian tahu ya, sudah pakai dress, bergincu merah dan cantik gini saya tetep mengendarai motor loh ke tempat tujuan (ya karena belum punya mobil aja).

Sesampainya di tempat acara, saya kumpul dulu bareng teman-teman yang meramaikan rombongan pihak pria. Haha hihi dan foto-foto dulu sama yang lain sambil menunggu acara dimulai. Ini hasil berfoto ria kami, kalau gak mau dilihat langsung scroll aja kebawah bisi naksir sama salah satu yang difoto itu. 
Harus siap foto
Anak siapa ini?


Lalu rombongan pihak pria mempersiapkan nampan berisi seserahan untuk pihak wanita. Ada…10 nampan kalau tidak salah (bener 10 ya ci?). Isi nampannya buah-buahan, makanan, pakaian untuk wanita dan perhiasan.
Siap-siap


Pembawa nampan memasuki tempat acara disambut oleh keluarga pihak wanita. Oh iya acara sangjit ini biasanya ada yang memimpin dari keluarga yang tuakan (hasil googling).
Sadar kamera (1)

Sadar kamera (2)


Kemudian ada acara… Nah ini bagian ini saya dan yang lain sudah fokus ke meja makan jadinya gak ngeliat banget acaranya.

Lalu ada acara makan bersama. Tenang-tenang…makanannya ini InsyaAllah halal (eh..iya kan ci?)
Sebelum

Sesudah

Yang senyum tandanya sudah kenyang

Belum kenyang


Selesai makan ada acara pemberian seserahan dari keluarga pria ke calon pengantin wanita. Penutup nampan seserahan dibuka satu persatu oleh keluarga pria.
Keluarga abang membuka penutup nampan


Untuk seserahan buah dan makanan diterima sebagian oleh keluarga wanita dan sebagian lagi dikembalikan ke keluarga pria. Ternyata ada artinya kenapa diambil sebagian saja. Jika seserahan diambil semua itu berarti keluarga calon wanita menyerahkan calon pengantin wanita sepenuhnya kepada keluarga pria. Tetapi jika keluarga wanita mengambil sebagian seserahan saja berarti calon pengantin wanita masih boleh berhubungan dengan keluarganya (hasil googling juga).

Sekarang mah udah newlywed mereka

Genks

Maap gak bisa lihat background bagus

Maap gak bisa liat view bagus

Sudah mirip ibu-ibu pejabat?

Maap gak bisa lihat tukang poto nganggur


Setelah itu keluarga calon pengantin wanita memberikan angpao kepada pembawa nampan seserahan dari keluarga calon pengantin pria. Begitu juga sebaliknya. Dan yap…nyesel kenapa saya gak ikutan bawa nampan.
Pihak wanita memberikan angpao

Pihak pria memberikan angpao
Muka sumringah dapat angpao nih

Sadar kamera (3)


Kata cici makanan yang dikembalikan biasanya dikasih ke yang masih single. Saya ambil tenteng dan apel buat adik saya. Sampai dirumah tengtengnya diumpetin biar gak dimakan suami, sampai adik saya pulang kerumah..hahaha.
Teng-teng dan apel


Kurang lebih seperti itu lah prosesi sangjit. Saya pribadi suka melihat acara adat seperti ini. Sebelumnya saya pernah menyaksikan upacara adat pernikahan betawi yang pakai balas-balas pantun itu loh. Dengan menyaksikan berbagai budaya seperti ini, membuat saya lebih sadar kalau Indonesia itu memang memiliki keragaman budaya. Dapat membuat saya memahami bagaimana bersikap bijak terhadap “perbedaan”. Jangan sampai Bhineka Tunggal Ika itu hanya semboyan saja.

Sampai jumpa di tulisan saya selanjutnya ya!



Do you want to collaborate?

If you are interested in collaborating with this blog, don’t hesitate to contact me