I'll be a mother of two...
Sama seperti kehamilan anak pertama, dikehamilan kedua ini saya mau buat #preggyjournal yang akan saya post di blog ini. Tujuan supaya suatu saat saya bisa baca kembali apa yang saya rasakan atau kondisi saya selama kehamilan. Ini akan menjadi jurnal setiap trimester. Saya tidak akan menulis secara detail, hanya garis beras kondisi yang saya alami selama kehamilan mulai dari trimester awal sampai trimester akhir. Sebagai catatan agar bisa saya baca kembali ketika nanti saya hamil lagi
Walau kondisinya tidak sama persis antara kehamilan pertama dan kedua ini tetapi secara garis besar keluhan yang mengganggu saya ternyata sama.
Kehamilan saya sekarang memasuki minggu ke-12. Akan melewati trimester pertama. Saya baru sempatkan menulis, karena jujur saja mengatur mood saat hamil muda dan ditengah kondisi pandemi ini lumayan susah buat saya. Berikut rangkuman kondisi yang saya alami selama trimester awal.
Morning sickness? No, it's twilight sickness!
Untuk kondisi ini saya tidak kaget, karena sewaktu hamil anak pertama saya juga gak mengalami morning sickness yang waktunya beneran di pagi hari. Saya jarang mual saat pagi. Kondisi di pagi hari biasanya malah tubuh saya masih segar. Nah, mual dan muntah malah muncul kebanyakan di sore menjelang malam. Entah kenapa, kalau dari tebakan saya sih karena tubuh saya sudah lelah beraktivitas seharian.
Mengatasinya? Tidak ada yang khusus. Hanya saja makanan dan minuman hangat biasanya lebih membantu mengurangi mual. Saya sempat mencoba permen asam untuk mengatasi rasa mual, berhasil tapi setelahnya mual datang lagi malah lebih tidak enak. Jadi ya, minuman hangat sepertinya lebih tepat buat saya. Apalagi kalau buatan suami tercinta dijamin mual hilang.
Mengatasinya? Tidak ada yang khusus. Hanya saja makanan dan minuman hangat biasanya lebih membantu mengurangi mual. Saya sempat mencoba permen asam untuk mengatasi rasa mual, berhasil tapi setelahnya mual datang lagi malah lebih tidak enak. Jadi ya, minuman hangat sepertinya lebih tepat buat saya. Apalagi kalau buatan suami tercinta dijamin mual hilang.
Superhero dengan indera penciuman tajam
Ini juga, saya juga mengalami indera penciuman semakin tajam di kehamilan yang kedua ini. Waktu hamil anak pertama saya paling tidak suka dengan bau gas. Jadi saat itu saya sangat malas untuk ke dapur. Karena bau dapur gak enak. Nah..di kehamilan kedua ini, lebih banyak bau yang tidak saya suka...hahaha. Pokoknya semua yang menyengat saya gak suka. Bahkan parfum yang wanginya menyengat saja buat kepala saya pusing.
Kalau penciuman ini ya...terima saja. Karena gimana ya mengatasinya, paling bisa menghidari bau yang tidak kita sukai. Tapi tenang saja masuk minggu ke-12 indera penciuman mulai normal kembali.
Kalau sudah merasakan pusing saya hanya perlu tidur istirahat. Tapi tentunya perut sudah terisi sebelum tidur. Besok paginya sudah segar lagi. Tapi sungguh 5 hari itu berasa menyiksa, ditambah kabar pandemi Covid-19 di Indonesia lagi panas-panasnya. Kondisi saya terpengaruh sekali dengan berita-berita yang ada. Sempat malas beraktivitas, maunya tiduran saja, saking cemasnya saya gak mau keluar bahkan cuti kerja. Stress Management saya memang kacau, ditambah saya sedang hamil jadi saya semakin parnoid dengan kondisi yang ada. Sampai akhirnya saya tidak mau lagi buka twitter (karena semakin banyak baca twitter semakin pusing kepala) dan tidak lagi mengikuti kenaikan jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia. Saya mengetahui apa yang perlu saya ketahui saja.
Pemicu hurt burn juga ternyata sama yaitu daging. Ya Allah kenapa harus makanan enak sih. Kalau dari yang saya baca, pemicu hurt burn itu sama seperti maag makanan pedas, asam dan berelemak. Ibu hamil yang memiliki riwayat maag memang lebih mungkin mengalami hurt burn. Terjadi karena sistem pencernaan melambat, kondisi lambung juga berubah selama hamil. Jadi saat hamil bukan harus makan banyak, melainkan makan cukup. Makan dengan porsi sedikit namun sering. Saya lupa loh dulu sampai atur jam makan dan ngemil. Untungnya hurt burn saya ini tidak separah saat hamil pertama. Saya langsung stop makan daging, mengurangi asam dan pedas (kalau ini sih kadang khilaf).
Selama ini saya minum vitamin yang diresepkan Obgyn saya. Selebihnya saya tidak ke RS, belum USG lagi. Dilema sekali untuk ibu hamil periksa ke RS. Saya dan suami memutuskan untuk periksa selanjutnya di klinik bidan saja. Alhamdulillah selama 12 minggu ini tidak ada keluhan yang berat dan mengkhawatirkan. Rata-rata keluhan sudah pernah saya rasakan. Jadi penanganannya ya berdasarkan pengalaman saat hamil anak pertama saja.
Di trimester pertama kehamilan tubuh sedang mengalami peningkatan kadar estrogen dan hCG jadi wajar kalau keluhan-keluhan itu datang. Kondisi keluhan mual, muntah, pusing dan indera penciuman yang tajam seiring bertambahnya usia kandungan akan hilang.
Kalau saya rangkum keluhan yang saya rasa ini semua masih bisa diatasi sendiri. Caranya dengan mengetahui kondisi tubuh mommies sendiri. Selama keluhannya tidak parah dan membahayakan. Kalau sudah merasa keluhannya parah atau keluhannya terus berlangsung padahal sudah trimester 2 atau trimester 3 kehamilan, jangan ragu ragu untuk konsultasikan ke dokter.
Terakhir untuk sesi curcol kali ini, saya berharap semoga pandemi ini segera berlalu sehingga kondisi kembali normal. Semoga kehamilan saya (dan mommies yang sedang hamil juga) berjalan lancar, sehat-sehat dan berjodoh kembali dengan ibu bidan Rochma (bidan yang membantu saya melahirkan Sabina). Sekian preggy journal trimester pertama. Terima kasih sudah mau membaca curhatan ibu hamil ini. Sampai jumpa di blog post selanjutnya!
Kalau penciuman ini ya...terima saja. Karena gimana ya mengatasinya, paling bisa menghidari bau yang tidak kita sukai. Tapi tenang saja masuk minggu ke-12 indera penciuman mulai normal kembali.
Pusing!
Awal kehamilan kedua ini kegiatan saya agak banyak. Selama 5 hari saya harus bulak-balik Jakarta-Rumah, berangkat jam setengah 6 pagi pulang jam 4 sore. Selama 5 hari itu saya selalu merasa pusing dan mual di kendaraan. Sampai rumah tepar. Hanya bebersih lalu tiduran. Gak bisa nemenin anak main karena kelelahan.Kalau sudah merasakan pusing saya hanya perlu tidur istirahat. Tapi tentunya perut sudah terisi sebelum tidur. Besok paginya sudah segar lagi. Tapi sungguh 5 hari itu berasa menyiksa, ditambah kabar pandemi Covid-19 di Indonesia lagi panas-panasnya. Kondisi saya terpengaruh sekali dengan berita-berita yang ada. Sempat malas beraktivitas, maunya tiduran saja, saking cemasnya saya gak mau keluar bahkan cuti kerja. Stress Management saya memang kacau, ditambah saya sedang hamil jadi saya semakin parnoid dengan kondisi yang ada. Sampai akhirnya saya tidak mau lagi buka twitter (karena semakin banyak baca twitter semakin pusing kepala) dan tidak lagi mengikuti kenaikan jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia. Saya mengetahui apa yang perlu saya ketahui saja.
Hurt Burn
Saya kira saya tidak akan mengalami heart burn ini lagi. Karena jujur saja, pola dan jenis makanan yang saya makan masih lebih baik hamil kedua ini. Saya juga mengira akan lebih pro dikehamilan kedua, tapi nyatanya tidak. Kehamilan kedua sama saja balik ke amatir lagi. Saya lupa, saya merasa ini semua seperti hal yang baru lagi. Jadi ya saya lupa kalau waktu hamil Sabina saya pernah mengalami hurt burn.Pemicu hurt burn juga ternyata sama yaitu daging. Ya Allah kenapa harus makanan enak sih. Kalau dari yang saya baca, pemicu hurt burn itu sama seperti maag makanan pedas, asam dan berelemak. Ibu hamil yang memiliki riwayat maag memang lebih mungkin mengalami hurt burn. Terjadi karena sistem pencernaan melambat, kondisi lambung juga berubah selama hamil. Jadi saat hamil bukan harus makan banyak, melainkan makan cukup. Makan dengan porsi sedikit namun sering. Saya lupa loh dulu sampai atur jam makan dan ngemil. Untungnya hurt burn saya ini tidak separah saat hamil pertama. Saya langsung stop makan daging, mengurangi asam dan pedas (kalau ini sih kadang khilaf).
Baca juga: #PreggyTips: 8 Cara Mencegah Heart Burn
Pandemi oh pandemi
Hamil disaat pandemi seperti ini tentu saja tidak ada yang mau bahkan membayangkannya saja tidak. Tapi, bisa apa saya selain berusaha sebaik mungkin menjaga kondisi kesehatan saya, kandungan dan keluarga. Saya baru sempat periksa kehamilan 1x selama 12 minggu ini. Hanya di minggu ke-5, awal setelah test pack.Selama ini saya minum vitamin yang diresepkan Obgyn saya. Selebihnya saya tidak ke RS, belum USG lagi. Dilema sekali untuk ibu hamil periksa ke RS. Saya dan suami memutuskan untuk periksa selanjutnya di klinik bidan saja. Alhamdulillah selama 12 minggu ini tidak ada keluhan yang berat dan mengkhawatirkan. Rata-rata keluhan sudah pernah saya rasakan. Jadi penanganannya ya berdasarkan pengalaman saat hamil anak pertama saja.
Di trimester pertama kehamilan tubuh sedang mengalami peningkatan kadar estrogen dan hCG jadi wajar kalau keluhan-keluhan itu datang. Kondisi keluhan mual, muntah, pusing dan indera penciuman yang tajam seiring bertambahnya usia kandungan akan hilang.
Kalau saya rangkum keluhan yang saya rasa ini semua masih bisa diatasi sendiri. Caranya dengan mengetahui kondisi tubuh mommies sendiri. Selama keluhannya tidak parah dan membahayakan. Kalau sudah merasa keluhannya parah atau keluhannya terus berlangsung padahal sudah trimester 2 atau trimester 3 kehamilan, jangan ragu ragu untuk konsultasikan ke dokter.
Terakhir untuk sesi curcol kali ini, saya berharap semoga pandemi ini segera berlalu sehingga kondisi kembali normal. Semoga kehamilan saya (dan mommies yang sedang hamil juga) berjalan lancar, sehat-sehat dan berjodoh kembali dengan ibu bidan Rochma (bidan yang membantu saya melahirkan Sabina). Sekian preggy journal trimester pertama. Terima kasih sudah mau membaca curhatan ibu hamil ini. Sampai jumpa di blog post selanjutnya!
No comments